Sabtu, 26 September 2009

tips of the day

Menghadiri satu acara pesta atau resepsi, pasti tak lepas dari acara makan-makan. Apalagi saat tengah wisata kuliner bersama teman or family. Buat yang punya kapasitas perut kecil, pasti menyebalkan kalau tidak bisa mencicipi semua hidangan yang ada.

Nah untuk mensiasati hal itu, gampang kok. Cuma ada dua cara agar kita bisa makan maksimal saat lagi di party or wiskul. Yang pertama, dari rumah kosongin perut, yang ini kudu wajib harus musti. Jadi saat di lokasi, perut kita bisa diisi maksimal. Ibarat bakul kosong, apa aja yang diisi pasti masuk. Yang kedua, pantang makan nasi karena nasi bikin cepet kenyang. Jadi makanlah segala yang ada tapi tanpa nasi. Trust me it works. *sambil nyilangin jari ke belakang*

*NOTE: Tips ini sangat tidak bisa dipercaya dan belum terbukti kebenarannya. So do not try this at home, but at the party or restaurant.*

Selasa, 08 September 2009

deblogger berbagi di bulan suci

deBlogger Berbagi di Bulan Suci from ramadoni on Vimeo.




Lelahnya Masih Terasa, Senangnya Tak Terlupakan


Masih terang dalam ingatan saya acara bakti social yang dilakukan deblogger sabtu, 5 september yang lalu. Sampai sekarang, kalau diingat-ingat, masih suka senyum-senyum sendiri, haru dan bahagia bercampur jadi satu.

Baiklah, sedikit saja, saya ceritakan kronologis acara baksi sosial ala deblogger beberapa hari yang lalu. Jam 1.40, saya sudah resah menunggu luvi yang akan menjemput saya. Sampai jam 2, luvi belum juga datang. Saya semakin resah. Ternyata kemudian saya tahu, luvi kena tilang, makanya lama. Jadi merasa bersalah. Setelah itu, saya dan luvi meluncur menuju TKP, Panti Werda Yayasan Usaha Mulya. Di luar dugaan, ternyata tempatnya jauh nian. Sesampainya di panti werda, kami langsung berbaur dengan para oma dan opa. Bergembira bersama oma dan opa, menyanyikan tembang-tembang kenangan, menari meliuk-liuk mengikuti irama lagu, berbagi cerita dan berbagi hadiah.

Sedikit merasa bersalah saat berbincang dengan satu opa, saya lupa namanya. Saat itu, saya menyinggung soal keluarga, saya menanyakan kabar keluarga opa tersebut. Ternyata, opa itu masuk bujangan alias belum menikah. Dia menjawab itu dengan nada getir. Saya jadi merasa tidak enak hati. Tapi kemudian saya jadi berpikir. Masa tua kita, kita sendirlah yang menentukan. Bahwa memang sudah kodratnya, saat kita tua, kita tak berdaya, tak lagi cekatan, tak lagi bisa berpikir baik, hilang kendali atas tubuh dan sakit-sakitan. Tapi kita bisa membuat semua itu menjadi indah dengan memanfaatkan masa muda kita sebaik mungkin, dengan melakukan yang terbaik dan bermanfaat. Mari berjuang meraih cinta dan cita, agar tak menyesal di kemudian hari dan bisa tersenyum mengingat semuanya.

Nyasar di antara kebun dan sawah.

Selesai dari panti werda, rombongan deblogger berangkat menuju kedaiqu untuk melanjutkan acara selanjutnya, berbuka puasa bersama. Konvoi rombongan kami meliuk memenuhi jalan raya, berderet-deret. Aku dan Luvi tertinggal di belakang. Dengan penuh percaya diri, kami terus melaju, lurus mengikuti jalur jalan raya. Tak lama Nira menelepon kami, menanyakan apa kami berbelok atau lurus. Karena tidak terdengar dengan jelas, saya jawab dengan penuh percaya diri, “iya, belok kanan, soalnya tadi pas berangkat belok kiri.” Dan ternyata, kami kebablasan, kami melewati belokan yang seharusnya. Setelah beberapa waktu, baru kami menyadari kalau kami sudah nyasar sampai pondok cabe. Kami merasa tidak mengenali daerah itu. Kami pun balik arah menuju depok.

Kami mengikuti arah yang ditunjukan oleh orang-orang yang kami tanyai. Tapi kami tidak yakin apakah itu arah yang benar atau tidak. Pasalnya kiri kanan kami adalah sawah dan pepohonan. Jalanan pun sepi dan gelap, tak ada pengendara lain, juga tak ada penunjuk arah. Kami panik dan kebingungan. Mengandalkan insting sok tau, kami terus meluncur mengikuti jalan saja, sambil dalam hati terus berdoa, mudah-mudahan kami melewati jalan yang benar dan segera sampai tujuan.

Sepanjang jalan, saya dan luvi hanya bisa menertawai kebodohan kami. Akibat sok tau dan sok PD, kami nyasar sampai ke tempat antah-berantah. Dan bodohnya, baru sadar setelah nyasar jauh. Parah. Belum lagi, waktu berangkat, kami terlambat dan berkali-kali tertinggal jauh dari rombongan. Eh, pas pulang malah nyasar. Sudah begitu, yakin gak nyasar lagi. *tepok jidat*

Akhirnya, setelah dua jam lebih, sampai juga kami dengan selamat, tak kurang satu apapun, dengan keadaan lelah, capek tak tertahankan, pegel ampun-ampun, masuk angin, muka tak karuan, tapi senang bukan kepalang karena sudah melewati kejadian yang tak terduga dan menggelikan. What a day!